Rabu, 13 Januari 2010

Pengendalian Fisik atau Mekanik Hama Tikus Sawah

Pengendalian Fisik atau Mekanik

Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung, mematikan, mengganggu aktivitas dan merubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi tidak sesuai bagi kehidupan hama. Pengendalian secara fisik menggunakan faktor-faktor fisik seperti suhu, cahaya, suara, sedangkan secara mekanik menggunakan penghalang (barier) pukulan atau tekanan mekanis.
Pengendalian fisik:
  1. Suhu (temperature): dapat digunakan suhu tinggi atau rendah
  2. Cahaya: Penggunaan lampu perangkap untuk menangkap serangga fototropik positif (tertarik cahaya) dan fototropik negative (menghindari cahaya). Contoh kutu daun tertarik dengan warna kuning
  3. Suara: penggunaan gelombang ultrasonik
Pengendalian mekanik:
  1. Penghalang (barier mekanik): penggunaan pagar seng, plastik, atau parit/selokan, penggunaan plastik pembungkus pada buah,perangkap bubu dan Trap Barrier System.
  2. Penggunaan alat penghancur/pemotong: chrusher di Amerika Serikat digunakan untuk memotong/menghancurkan batang jagung setelah panen agar penggerek batang jagung yang ada di dalam terbunuh.
Salah satu hama yang paling banyak merugikan adalah tikus. Perkembangbiakan dan mobilitas tikus yang cepat serta daya rusak pada tanaman yang cukup tinggi menyebabkan hama tikus selalu menjadi ancaman. Kehilangan akibat serangan tikus juga sangat besar, karena menyerang tanaman sejak awal masa tanam hingga menjelang panen.

Komponen pengendalian fisik dan mekanik tikus sawah antara lain:
1. TBS (Trap Barrier System)
Pemagaran plastik yang mengelilingi petakan persemaian atau sawah yang dilengkapi perangkap bubu pada tiap jarak tertentu. Sebaiknya plastik yang digunakan untuk perangkap berwarna hijau, kuning atau transparan. Warna hijau dan kuning lebih mudah diketahui oleh tikus, sedangkan plastic transparan agar persemaian terlihat oleh tikus.
Perangkap bubu yang dipasang rapat dengan pagar plastik dan diletakkan gundukan tanah sebagai jalan masuk tikus di depan pintu perangkap.

Bahan pembuat perangkap bubu:
Kawat strimin (lubang 1 cm), kawat strimin (lubang 0,5 cm), kawat besar Diameter 3-4 mm, kawat kecil diameter 1 mm, plastic putih yang tembus cahaya 14 %, kayu reng ukuran 2×3 cm tinggi 1 meter.
Cara membuatnya:
  1. Kawat besar 3-4 mm dibuat kerangka panjang 40 cm lebat dan tinggi 25 cm.
  2. Kawat Strimin lubang1 cm di bentuk kotak sesuai dengan kerangka no 1
  3. Strimin lubang 0,5 cmdibuat selongsong dengan ukuran disesuaikan dengan lubang pada liang tikus pada bagian ujung mengerucut panjang 25 cm
  4. Selongsong no 3 dipasang pada salah satu sisi yang ukuranya 25 cm dengan bagian ujung diposisikan pada tengah-tengah kotak strimin
  5. Semua pertemuan kawat kerangka dengan kawat strimin diikat dengan kawat strimin diameter 1 mm
  6. Dibuat jendela pada salah satu sisi untuk mengeluarkan tikus yang tertangkap.
  7. Untuk memudahkan pemasangan pagar dan perangkap bubu perangkap tikus dianjurkan untuk melakukan persemaian berkelompok sehingga jumlah persemaian tidak terlalu banyak.
CARA PEMASANGAN TBS
  1. Pilih petakan sawah berukuran kira-kira 20m x 50m2
  2. Pasang ajir bambu setiap 1 m bentangan pagar
  3. Gunakan tali atau kawat untuk menegakkan pagar plastik pada petakan. Pagar perlu dibenamkan 10 cm di bawah tanah agar tikus tidak menerobos melalui bagian bawah pagar dan dipasang setinggi 60 cm untuk mencegah loncatan di atas tanah
  4. Buatlah saluran air di bagian luar pagar dengan lebar minimal setengah meter
  5. Pasang paling sedikit 1-2 bubu perangkap pada masing-masing sisi (harus dipasang serapat mungkin dengan pagar, tanpa celah yang memungkinkan tikus masuk menerobos di luar pintu perangkap)
  6. Pasang jalan masuk dengan meletakkan lumpur di depan pintu masuk perangkap

Cara pengefektifkan TBS:
  1. Perangkap dipasang pada tempat dimana tikus sering lewat
  2. Dilakukan pengamatan setiap pagi hari
  3. Dilakukan pengecekan dilahan karena perangkap bisa bergeser
  4. Bahan pembuat perangkap harus dipilih bahan yang kuat
  5. Pemasangan perangkap harus seawal mungkin
  6. Dilaksanakan secara luas dan seimbang
  7. Dikombinasikan dengan pengendalian hama yang lain dalam rangka PHT.

2. Gropyokan
Pengendalian dengan peralatan lengkap (pemukul, emposan, jaring dan sebagainya) yang dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang terkoordinir dan terencana dalam satu hamparan pertanaman yang luas. Gropoyokan bertujuan untuk menurunkan populasi tikus secara serentak dalam suatu hamparan.Waktu yang tepat untuk melakukan gropoyokan adalah saat tidak ada pertanaman dan tikus berada dalam sarang. Keadaan ini biasanya terjadi ketika mulai setelah panen dan ketika lahan bera.
Gropoyokan dilakukan dengan cara menggali liang-liang tikus dengan bantuan anjing pelacak. Pada saat gropoyokan dilakukan dengan alat perangkap yang disebut jala kremat yang diletakan pada lubang aktif tikus. Lubang aktif dipukul-pukul di atasnya agar tikus keluar dan masuk dalam jala. Jala kremat terbuat dari bahan bambu atau lempengan besi tipis yang dibuat melingkar dan di beri jarring nilon. Kegiatan ini memerlukan kekompakan dari seluruh petani untuk menangkap tikus secara serempak.

3. Pengumpanan
Pengumpanan racun tikus dengan rodentisida. Ada 2 jenis Rodentisida yang dikenal berdasarkan cara kerjanya yaitu rodentisida akut dan kronis. Rodentisida akut dapat menyebabkan jera umpan, perlu digunakan saat populasi tikus sedang tinggi dan pemasangannya secara serempak ketika bera.Pengaplikasian rodentisida yaitu dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalu lintas tikus. Rodentisida diaplikasi saat tanaman di luar fase generatif, sebab pada saat itu tikus akan lebih tertarik pada tanaman padi. Penggunaan rodentisida dilakukan bila serangan tikus sudah melampaui batas yang merugikan. Hanya saja, penggunaan racun ini selain kurang efektif tetapi juga akan membunuh musuh alami yang memakan tikus ini.

4. Pengemposan
Pengemposan dilakukan dengan cara memberikan asap belerang pada lubang-lubang tikus dengan tujuan agar tikus yang berada dalam lubang tersebut keracunan yang pada akhirnya akan mati. Pengemposan dilakukan pada fase tanaman generative, karena pada saat ini tikus sedang berada pada masa kawin dan melahirkan dalam liang. Sebagai bahan pengasap dapat digunakan belerang atau karbit. Cara ini cukup efektif dalam mengendalikan hama tikus secara langsung. Namun bila lokasi tikus berada jauh di dalam sedangkan gas belerang yang dimasukkan tidak mencapainya, cara ini tidak akan berhasil.
Pengemposan dengan menggunakan belerang.

5. Pemasangan Jaring
Jaring dipasang pada salah satu sisi hamparan sawah, kemudian di sisi lain secara bersama-sama dilakukan penggiringan tikus dan di tepi jaring beberapa orang menunggu dengan alat pemukul.

6. Penggenangan
Penggenangan lubang-lubang tikus dilakukan ketika menjelang pembuatan persemaian.

7. Pengaturan Pola Tanam
Pengaturan pola tanam yaitu dilakukan rotasi antara padi dan palawija dan pengaturan pola tanam secara serempak.

8. Perangkap Bambu
Perangkap bambu terbuat dari potongan bambu dengan ukuran panjang 2 meter atau lebih dengan diameter 7-10 cm dan ruas-ruas bambu dilubangi. Jenis bamboo yang digunakan ialah bambu yang sudah tua.telah direndam dan kering agar tidak dicurigai oleh tikus. Cara ini efektif apabila tempat berlindung tikus sedikit atau tidak ada sama sekali. Kondisi ini dijumpai apabila dilakukan sanitasi sarang dan tempat berlindungnya tikus atau pada waktu bera. Pemasangan pada fase generatif akan memberikan hasil yang lebih baik karena pada saat itu tikus cenderung tinggal di persawahan.
Pada saat bera perangkap bambu ditempatkan di persawahan yang sudah kering, di pematang-pematang atau di tempat lewatnya tikus. Sedangkan pada pertanaman perangkap bambu dapat ditempatkan di pematang sawah atau di persawahan dengan di topang oleh penyangga bambu agar tidak terendam air.
Perangkap diambil pada hari sebelum jam 9.00. apabila pengambilan perangkap bambu terlambat suhu dalam perangkap akan meningkat sehingga tikus akan lari keluar. Tikus yang tertangkap di tempatkan pada karung untuk selanjutnya dibunuh.
Dengan menggunakan perangkap ini selain murah, juga aman bagi manusia maupun bagi musuh alaminya. Pemakaian alat perangkap ini harus memperhatikan jenis umpan yang digunakan sebab terkadang tikus jeli terhadap suatu umpan atau hapal pada suatu jebakan. Oleh karena itu diperlukan adanya variasi umpan dan jebakan yang tidak mudah dihapal tikus. Penggunaan umpan yang mencolok seperti ubi-ubian yang dipasang pada tanaman palawija yang belum menghasilkan umbi akan menarik perhatian tikus. Beberapa perangkap tikus yang sering digunakan antara lain : perangkap kawat, perangkap jepit, lubang bambu, dan lain-lain

WAKTU PENGENDALIAN
1. Masa Pra Tanam
Dilakukan kegiatan : sanitasi, gropyokan masal, penggenangan, perbaikan pematang dan penanaman tanaman perangkap yang dipasangi TBS.
2. Saat Persemaian
Masih dilakukan pemasangan TBS, dilakukan pengemposan belerang, penggenangan dan pengawasan.
3. Masa pertanaman padi
Dilakukan beberapa teknik pengendalian secara terpadu antara lain : TBS, pengemposan belerang, pemasangan jaring, pengumpanan racun tikus dan gropyokan.

DAERAH REKOMENDASI
Pengendalian hama tikus secara terpadu direkomendasikan pada daerah yang banyak memiliki semak-semak dan rawa-rawa di sekitar persawahan, karena di daerah tersebut sering terjadi migrasi tikus dari tempat habitatnya dengan jumlah besar, sehingga tidak dapat dikendalikan secara konvensional.

Dapus
Dirjen tanaman pangan dan tanaman hortikultura direktorat bimna perlindungan tanaman.Petunjuk pengendalian tikus.1998.Proyek pengendalian hama terpadu.

Jakarta
Anonymous.2009.
http://ahmadsarbini.wordpress.com/2008/01/21/buku-tamu/
http://www.tanindo.com/abdi8/hal2601.htm
http://valensikautsar.blogspot.com/2008_12_01_archive.html
AM, RK & JH.2007.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.